Thursday, March 6, 2014

Mengenali Gejala Asma Pada Anak Dan Cara Mencegahnya

BAGIKAN TULISAN INI:

Asma disebut pula mengi atau sesak nafas.

Asma adalah penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran nafas (bronchus) di paru-paru. Penyempitan tersebut terjadi karena adanya proses pembengkakan dan peradangan serta produksi lendir yang berlebihan akibat faktor pencetus.

Karena jalan udara yang dilewati menyempit, maka udara akan lebih sulit lewat di saluran tersebut dan menimbulkan bunyi dengan frekuensi tinggi (ngiikk..ngiik..) dan anak menjadi sulit bernafas.

Oleh karena itu, asma sering pula disebut sebagai mengi. 1 dari 4 anak dapat mengalami asma semasa kecilnya. Asma sering berkaitan dengan adanya riwayat alergi dalam keluarga.

Gejala asma.

Secara umum, asma memberikan gejala seperti:

- Batuk.

- Suara frekuensi tinggi saat menghembuskan nafas.

- Tarikan dinding dada atau bagian bawah leher.

- Batuk lebih sering saat malam hari, cuaca dingin.

- Dapat dipicu oleh aktifitas fisik yang terlalu berat.

- Kesulitan bernafas.

- Anak menunjukkan posisi tubuh tertentu, seperti membungkuk atau posisi tripod.  

Apa sih penyebab Asma?

Asma biasanya berhubungan dengan riwayat alergi, Moms. Orang tua yang mengidap alergi akan memiliki anak yang resiko terkena asma lebih tinggi daripada anak lainnya.

Penyakit ini dapat dipicu oleh beberapa keadaan seperti:

- Lingkungan berdebu.

- Cuaca dingin.

- Flu.

- Bulu binatang peliharaan.

- Makanan tertentu.

- Paparan asap rokok dan asap kendaraan.

- Atau kegiatan fisik yang berlebihan.  

Penanganan Asma:

Asma dapat diatasi dengan 2 macam cara pengobatan:

1. Pereda serangan (reliever). Berfungsi saat serangan sedang terjadi. Biasanya berbentuk obat inhalasi (dihirup).

2. Pencegah serangan (controller). Untuk mencegah terjadinya serangan. Obat yang tersedia biasanya dalam bentuk pil atau inhaler.

Bila si kecil memiliki resiko terkena asma, sebaiknya lakukan tindakan pencegahan sebelum terkena serangan.  

Langkah pencegahan dapat berupa:

1. Hindari pencetus utama asma.

2. Jauhkan si kecil dari debu atau asap rokok.

3. Berikan makanan yang sehat dan alami.

4. Hindari makanan pencetus asma, seperti makanan yang berasal dari produk susu, kacang-kacangan, makanan laut, telur atau makanan pencetus alergi lain.

5. Sebaiknya tidak memelihara hewan piaraan yang berbulu panjang, seperti anjing atau kucing.

6. Biasakan untuk berolahraga secara rutin.

Wednesday, March 5, 2014

Apakah Betul, Penggunaan Baby Walker Pada Bayi Berbahaya?

BAGIKAN TULISAN INI:

Adakah ibu-ibu disini yang menggunakan baby walker untuk anaknya?

Baby walker atau alat bantu jalan bagi bayi yang baru belajar jalan memang sangat popular dikalangan para orang tua. Karena selain praktis untuk belajar jalan, alat ini juga bisa digunakan agar ibu/ orang tua dapat mengerjakan kegiatan lain selagi si bayi berada dalam baby walkernya. Jadi baby walker juga dijadiakan sebagai baby sitter. Naahh..hayoo ngakuuu…;)

Bentuknya yang kian beragam, dari yang sederhana hingga kompleks (dengan banyak tambahan mainan dan aksesori) semakin membuat para mommy keranjingan untuk membeli baby walker, untuk sekedar lucu-lucuan atau bahkan gengsi.

Tapi, benarkah baby walker aman bagi bayi?

Asosiasi Dokter Amerika, American Academy of Pediatrics telah melarang penggunaan baby walker bagi bayi, karena banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi akibat alat ini.

Di Amerika, setidaknya terdapat 14.000 kasus kecelakaan anak hingga perlu dirawat di RS.

Kecelakaan yang dapat terjadi pada anak, seperti:

- Menggelinding di tangga, yang mengakibatkan patah tulang atau cedera kepala.

- Karena bayi menjadi lebih tinggi dandapat di sangga oleh baby walker, dia dapat meraih benda-benda berbahaya yang letaknya lebih tinggi dari dirinya, seperti menjangkau air panas di atas meja, gunting, pisau, dan lainnya.

- Resiko tenggelam jika bayi yang menggunakan baby walker tercebur ke kolam renang.

- Terjepitnya anggota tubuh, seperti tangan atau kakinya saat berjalan atau melewati pintu.

Selain karena tingginya angka kecelakaan akibat baby walker, alat ini ternyata juga tidak terlalu efektif untuk membantu bayi belajar berjalan, loh Moms.

Hal ini karena:

- Penelitian pada bayi usia 6-15 bulan yang menggunakan baby walker, menunjukkan bahwa anak akan cenderung lebih lambat duduk, merangkak, dan berjalan daripada bayi yang tidak memakai baby walker.

- Baby walker hanya menstimulasi sebagian otot motorik, yaitu otot betis. Padahal untuk dapat lancar berjalan, bayi membutuhkan kekuatan otot paha dan otot pinggul, yang justru tidak berkembang karena selalu bertopang pada baby walker.

- Bayi akan merasa sangat nyaman. Bahkan terlalu nyaman, sehingga bayi akan malas mencoba untuk belajar jalan.

- Menghilangkan kesempatan bayi merangkak. Padahal merangkak memiliki gerakan kompleks yang merangsang pertumbuhan otak bayi.

Jadi, bagaimana melatih anak belajar berjalan yang aman?

1. Sepertinya cara kuno layaknya orang tua kita dulu masih tetap terbukti manjur. Memegang kedua tangannya dan mengajaknya berjalan perlahan-lahan. Cara ini juga dapat meningkatkan meningkatkan bonding ibu dan anak. Melelahkan ya? Tapi itulah cara yang terbaik.

2. Ajak si kecil berolahraga yang membuat seluruh otot dalam tubuhnya bergerak, seperti berenang. Dengan melatih otot-otot dalam tubuhnya, si kecil akan belajar berjalan lebih baik.

3. Latih si kecil tanpa menggunakan alas kaki. Supaya jari-jarinya terlatih untuk lebih terkoordinasi. Syaratnya: lakukan di tempat yang bersih dan aman dari benda yang dapat melukai kakinya.