Saturday, April 19, 2014

Sudah Gede Kok Masih Ngompol?

BAGIKAN TULISAN INI:

Mengompol memang lumrah pada bayi dan anak yang lebih kecil, ya Moms. Tapi normalkah bila sudah umur 6 tahun anak anda masih mengompol?

Ternyata 75% kebiasaan mengompol (enuresis) berasal dari faktor keluarga. Anak laki-laki lebih sering dan lebih lama dalam fase mengompol daripada anak perempuan.

Biasanya kebiasaan mengompol akan hilang dengan sendirinya seiring pertambahan usia, karena telah matangnya fungsi anatomis tubuh si kecil atau karena faktor tuntutan lingkungan dan dia malu dengan teman sebayanya.

Namun, ada beberapa kasus yang terus mengalami masalah kebiasaan mengompol ini hingga beberapa tahun kemudian.  

Pada dasarnya, mengompol di bagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Enuresis primer, berlangsung sejak dini/ bayi, si kecil terus menerus kencing di malam hari.

2. Enuresis sekunder, si kecil pernah berhenti mengalami enuresis primer selama beberapa waktu (minimal 6 bulan), namun karena faktor penyebab lain sehingga mengalami enuresis/ mengompol lagi.  

Penyebab mengompol/ enuresis:

Memang sebagian besar kasus mengompol hanyalah merupakan kebiasaan si kecil, namun ada beberapa kasus yang disebabkan oleh penyakit yang lebih serius.

1. Enuresis primer: biasanya tidak ada masalah kesehatan yang mendasarinya. Murni didasarkan karena belum matangnya kemampuan otot saluran kencing untuk mengendalikan proses berkemih.

2. Enuresis sekunder: dapat disebabkan oleh berbagai sebab: - seperti infeksi - volume air kencing yang berlebih - tidur yang terlalu nyenyak - masalah gangguan tidur - gangguan saraf - gangguan mental/ psikis, ketakutan, kekhawatiran atau ketidaknyamanan di sekolah atau lingkungannya.

Berada dalam lingkungan baru, atau akan memiliki adik. Sering mendapatkan kekerasan fisik maupun mental. Kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan sebagainya - penyakit lain seperti Diabetes Mellitus - gangguan hormon ADH - atau susah buang air besar.

Penanganan.

Untuk menangani anak yang mengompol diperlukan ekstra kesabaran dan kasih sayang. Cobalah menghindari untuk menilai atau memberinya label karena kebiasaannya. Seperti: “Ih, Si A tukang ngompol.”

Membandingkan dia dengan teman atau saudaranya yang lain juga kurang bijaksana, Moms. Hal itu justru akan menurunkan kepercayaan dirinya dan membuatnya tidak nyaman. Bukannya menghilangkan kebiasaannya ngompol, justru akan memperparahnya.

 Penanganan enuresis dapat dilakukan dengan:

1. Non obat. Pemberian motivasi, toilet training, latihan menahan kencing (bladder training exercise), terapi dengan menggunakan alarm, terapi psikis, atau terapi hipnotis.

 2. Obat. Pemberian obat enuresis hanya bisa diresepkan oleh dokter atas indikasi/ penyebab tertentu, dan bila terapi non-obat tidak memberikan hasil optimal. Untuk mengobati anak yang mengompol, jelas kita harus tahu lebih dulu apa yang menyebabkannya, Moms, sehingga si kecil menerima terapi yang tepat. Penanganan yang tepat tentu saja akan meningkatkan kualitas diri si kecil saat dia dewasa kelak.

Friday, April 18, 2014

Tanda Dan Cara Mengatasi Anak Susah Buang Air Besar

BAGIKAN TULISAN INI:

Anak anda sering mengalami susah buang air besar, Moms?? Apa penyebab sembelit, apa saja tandanya, dan bagaimana mengatasinya?

Apa sih sembelit?

Sembelit, susah BAB atau konstipasi memang sering terjadi pada anak-anak. Terjadi karena kurangnya kadar air dalam kotorannya, sehingga kotoran akan menjadi lebih kering dan sulit dikeluarkan.

Dikatakan sembelit apabila frekuensi bab kurang dari 3x dalam seminggu, atau konsistensi feses keras, sulit mengeluarkan kotoran dan atau anak mengejan selama lebih dari 10 menit tanpa dapat mengeluarkan feses.

Makanan yang telah diproses dalam lambung dan usus kecil akan terus masuk ke dalam usus besar. Di dalam usus besar atau kolon ini, sisa makanan akan mengalami penyerapan ulang zat gizi, vitamin dan air.

Bila makanan yang masuk kurang kandungan air, anak kurang minum atau kurang makanan berserat, air yang tersisa sangat sedikit untuk diserap oleh kolon. Akibatnya, feses/ kotoran menjadi terlalu kering sehingga sulit saat akan dikeluarkan.

Gejala sembelit:

1. Frekuensi buang air besar menjadi lebih jarang. Bisa hanya 1 atau 2x dalam seminggu.

2. Rasa sakit atau tidak nyaman di perut yang akan hilang setelah BAB.

3. Kadang terdapat darah pada kotoran/feses.

4. Kotoran/ feses bulat-bulat kecil seperti kotoran kambing.

5. Akan akan mengejan lama dan disertai rewel akibat rasa nyeri di daerah anus.

Penyebab:

1. Pola makan yang kurang sehat. kurang serat, buah atau kurang cairan dapat membuat si kecil mengalami sembelit. Bila anda (ayah/ibu) juga mengalami sembelit, berarti ada kesalahan pola makan dalam keluarga. Memperbaiki pola makan akan sangat membantu

2. Si kecil terbiasa menahan keinginan BAB atau BAB tidak teratur.

3. Bila pada bayi, bisa jadi karena konsumsi sufor.

4. Bila terjadi sejak si kecil baru lahir, bisa juga disebabkan karena penyakit lain seperti Hischsprung (kelainan bawaan, yaitu kurangnya serabut saraf pada usus besar yang menyebabkan usus besar kurang bergerak).

5. Anak yang kurang aktif. Anak yang kegiatannya hanya duduk menonton atau bermain game lebih rentan terkena sembelit dibanding anak yang aktif motoriknya.

6. Konsumsi obat-obatan.

Penanganan:

1. Bila sembelit yang dialami si kecil berasal dari kebiasaan kurang baik dalam keluarga, sebaiknya segera ubah pola hidup anda sekeluarga menjadi pola hidup sehat dengan banyak makan sayur, buah, olahraga teratur dan sebagainya.

2. Ajak si kecil untuk aktif bergerak dengan bermain bersama keluarga atau temannya.

3. Pada bayi, berikan hanya ASI pada 6 bulan pertama.

4. Bila bayi anda telah mengkonsumsi MP ASI, masukkan sayur dan buah dalam pilihan menunya.

5. Minta si kecil untuk minum air putih lebih banyak.

6. Buat makan buah dan sayur menjadi kegiatan yang menyenangkan. Seperti mengolahnya menjadi makanan yang berbentuk lucu, membuatnya menjadi jus, agar-agar dan lainnya.

7. Berhenti mengkonsumsi makanan olahan dan kurangi makanan yang diproses melalui proses penggorengan.

8. Perbaiki pola BAB. Latih anak untuk BAB secara rutin setiap hari, agar kotoran tidak terlalu lama berada dalam kolon dan mengalami proses penyerapan air.

Makin lama feses berada dalam kolon, maka makin banyak air yang diserap, sehingga makin kering kotorannya, yang membuatnya makin sulit dikeluarkan.

9. Bila perlu, pada bayi yang hanya mengkonsumsi sufor, konsultasilah pada dokter spesialis anak anda tentang kemungkinan mengganti susunya.


, ,

Cara Efektif Mengajarkan Toilet Training Pada Anak

BAGIKAN TULISAN INI:

Untuk mencegah si kecil mengalami kebiasaan mengompol yang berkepanjangan, beberapa Moms mengajarkan toilet training sejak dini pada anaknya. Ada yang mulai sejak umur 1 tahun, 6 bulan, bahkan 2 bulan!!

Pentingkah toilet training?

Tentu saja Moms. Disarankan dilakukan saat anak berusia lebih kurang 1 tahun. Beberapa ahli menyarankan antara 18 bulan-24 bulan (1,6 tahun hingga 2 tahun).

Saat dia sudah mulai mengenali sensasi ingin kencing dan ingin pup/ BAB. Jangan terlambat untuk dilatih ya Moms, karena bila dilakukan lebih lambat, dikhawatirkan akan lebih sulit untuk mengubah kebiasaan dan perilaku anak.  

Sebelum mengajarkan anak toilet training, perhatikan beberapa tanda bahwa anak anda siap untuk menjalani toilet training, yaitu:

1. Sudah mampu untuk duduk dalam jangka waktu tertentu.

2. Tertarik memperhatikan anda menggunakan toilet.

3. Sudah mengerti perintah sederhana.

4. Popoknya kering selama lebih dari 2 jam.

5. Dapat mengatakan pada anda atau memberi tanda khusus sebelum dia kencing atau pup.

6. Mulai tidak nyaman menggunakan popoknya saat basah.

Bagaimana cara mengajarkan toilet training yang efektif?

Berikut beberapa cara yang mungkin dapat membantu (Moms dapat menambahkan atau mengurangi disesuaikan dengan pengalaman, kebiasaan yang berlaku dalam keluarga anda).

 1. Untuk mengajarkan toilet training, dibutuhkan kesabaran ekstra. Latihan ini membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

2. Pertama kali, ajarkan dulu kata-kata yang Moms ingin dia gunakan untuk memberitahukan pada anda, apakah pipis, kencing, bab, pup dan lainnya.

3. Jelaskan dulu fungsi dari toilet dengan bahasa sederhana. Misalnya saat anda membuang kotorannya di popoknya ke dalam wc.

4. Batasi penggunaan diapers. Diapers akan menyulitkan anak untuk berlatih toilet karena dia terlanjur merasa nyaman, si kecil juga akan sulit membedakan konsep basah-kering yang menjadi dasar toilet training.

5. Jangan paksa si kecil untuk langsung menggunakan pispot atau toilet khususnya. Bila dia sudah bisa memberitahu anda bahwa dia ingin kencing atau pup, ajak saja dia untuk masuk kamar mandi dan melakukannya di dalam kamar mandi, walaupun belum diatas wc.

6. Jangan terlalu lama mendudukkan anak di wc. Maksimal 5 menit. Terlalu lama akan membuat si kecil menjadi tidak nyaman, yang justru akan menyulitkan proses belajarnya. Perhatikan tanda saat dia membutuhkan untuk pergi ke wc, dan bawa dia segera sebelum pup atau kencingnya keluar.

7. Berikan makanan yang cukup mengandung serat, agar dia tidak mengalami konstipasi. Konstipasi akan memberikan pengalaman traumatis bagi anak.

 8. Tanyakan pada anak setiap beberapa jam sekali apakah dia ingin kencing. 2-3 jam sejak kencing terakhir (atau tergantung dari usia anak) adalah waktu yang ideal untuk bertanya. Makin besar anak, jaraknya dapat semakin jauh. Jangan terlalu sering agar dia tidak merasa terlalu ditekan.

9. Bila dia sudah mulai terbiasa menggunakan toiletnya, biasakan dia untuk duduk disitu saat bangun tidur di pagi hari, setelah makan atau sebelum tidur. Untuk membantunya membiasakan diri buang air besar dan kecil secara teratur.

10. Beri pujian bila dia berhasil pup dan kencing dengan baik di toilet.

11. Jangan terlalu panik atau memarahinya bila dia kembali mengompol atau pup di tempat yang tidak seharusnya. Bersihkan saja dan tetap ajak dia ke wc secara teratur.

Semoga sukses dengan toilet trainingnya, ya Moms..


,